Mitos Legenda Gunung Salak Dan Prabu Siliwangi Bogor Jawa barat

Gunung Salak
memang tidak setinggi Gunung Gede, tetangganya. Namun tingkat
kesulitan yang dimiliki Gunung Salak begitu angker untuk didaki.
Termasuk keberadaan Kawah Ratu yang ada di wilayahnyaGunung
Salak dapat didaki dari beberapa jalur, yakni jalur Wana Wisata
Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Wana Wisata Curug Pilung,
Cimelati, Pasir Rengit dan Ciawi. Belum lagi jalur-jalur tidak resmi
yang dibuka para pendaki ataupun masyarakat sekitar.
Banyaknya
jalur menuju puncak Gunung Salak dan saling bersimpangan tentu
membingungkan para pendaki. Banyak diantaranya yang kemudian tersasar
dan menghilang.
Banyaknya jalur pendakian banyak pula mitos atau
kisah yang menyelimuti Gunung Salak. Selain kawasan ini dianggap suci
bagi kalangan masyarakat Sunda wiwitan karena dianggap sebagai tempat
terakhir Prabu Siliwangi.
Lokasi ini ternyata juga disebut banyak
menyimpan harta karun peninggalan Belanda. Harta itu berupa emas murni
yang dimasukan di dalam peti. Dan peti-peti itu kemudian dikubur di
empat titik terpisah di area Gunung Salak.
Harta tersebut sengaja
di kubur VOC, karena takut diambil tentara Jepang yang masuk ke
Indonesia 1942. “Mereka (VOC) takut emas-emas yang mereka kumpulkan
direbut Jepang yang waktu itu berusaha mengusir Belanda dari Indonesia,”
ujar tokoh masyarakat Cidahu, Sukabumi.
Setelah sukses
menguburnya, mereka kemudian membuat peta penunjuk arah yang disertai
tanda-tanda fisik lokasi. Waktu itu VOC berharap ketika mereka datang
lagi ke Indonesia harta yang disimpan bisa diambil kembali.
Tapi
kenyataanya setelah Jepang keluar, Indonesia kemudian merdeka tahun
1945. Akhirnya serdadu Belanda dan VOC tidak bisa masuk lagi ke
Indonesia. Tentu saja harta-harta yang dikubur itu tidak bisa diambil
kembali.
Kabar tentang adanya harta timbunan itu di Gunung Salak
sempat beredar tahun 1953. Waktu itu, sejumlah warga Cidahu mendengar
kalau harta karun itu di kubur di wilayah kaki Gunung Salak tersebut.
Info yang mereka terima tanda fisik tempat penyimpanan harta itu adalah
tembok yang tebalnya 120 centimeter persegi.
Ada lagi yang
mengatakan kalau disekitar Kawah Ratu ada juga harta yang ditimbun.
Alhasil, karena kabar tersebut, hampir seluruh warga Cidahu
beramai-ramai mencarinya. Setiap ada tembok sisa peninggalan Belanda
mereka hancurkan. Dalam beberapa bulan, tembok sisa pembatas perkebunan
milik Belanda dengan penduduk pribumi saat itu, langsung ludes menjadi
puing.
Sementara warga yang coba mencari harta itu di sekitar
Kawah Ratu banyak yang tewas karena menghadapi medan yang berat di
Gunung Salak. Arwah-arwah inilah yang kabarnya bergentayangan di sekitar
Kawah Ratu.
Kini kabar harta itu kemudian muncul kembali
pertengahan 2006 lalu. Bajari saat sedang menunggu warung miliknya,
didatangi tiga pria. Mereka mengaku berasal dari Jakarta. Bahkan salah
satu diantaranya mengaku salah seorang cucu soekarno dari Guntur, anak
sulung Soekarno.
Tiga pria itu menanyakan tentang beberapa tanda
fisik, yang katanya tempat penyimpanan harta karun yang sempat
menghebohkan warga Cidahu 1953 lalu. Tanda-tanda fisik yang tertera di
peta adalah berupa aliran sungai, pohon bambu, pohon damar dan sebuah
tembok berukuran 120 centimeter persegi.
Namun oleh Bajari
dikatakan tanda-tanda yang tertera di peta sudah tidak ada lagi. Ukuran
wilayah yang tertera di peta tersebut juga sudah banyak yang bergeser
sehingga sulit untuk melacaknya.
Menurut pengakuannya Bajari di
sekitar Gunung Salak memang banyak harta yang ditanam oleh para
pengusaha asal Belanda yang kabur sebelum pendudukan Jepang ke
Indonesia. Alhasil kisah emas VOC membuat Gunung Salak semakin
misterius.
Comments
Post a Comment